DATA

Minggu, 03 Juni 2012

BE PEACEFUL


Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang/damai sejahtera;mazmur 23:2

Istilah “Peace” atau “damai sejahtera” sebenarnya dikenal oleh setiap bahasa dari bangsa manapun didalam dunia ini. Baik itu “Shalom aleikhem” dalam bahasa Ibrani, Assalamu ‘alaikum dalam bahasa Arab, “Rahayu” dalam bahasa Jawa, “Santi” bagi orang Bali, “Sancay” bagi orang Budha. Hal ini membuktikan bahwa secara sosiologis-anthropologis setiap manusia dari bangsa manapun merindukan terjadi didalam dirinya suatu kondisi yang disebut diatas.
Konsep mengenai “kedamaian” didalam setiap bangsa maupun didalam setiap ajaran agama adalah berbeda-beda dan bervariasi. Namun minimal memiliki satu kesamaan jika itu berhubungan diri sendiri dan keadaan lingkungannya. Persamaan itu adalah rasa damai itu dihubungkan dengan sifat ketenangan, tidak ada gangguan yang membuat hati menjadi gusar, takut, kuatir.
Bagaimana Firman Tuhan sendiri memandang makna “kedamaian” tersebut?

Bagaimana menikmati damai sejahtera Allah

Allah menginginkan umatNya terus menerus hidup dalam damai sejahtera setelah mereka hidup dalam perdamaian dengan Allah. Bahkan damai sejahtera seharusnya menjadi ciri kehidupan kekristenan.

I. Memiliki persekutuan yang intim dengan Allah

Dengan memiliki persekutuan yang erat dengan Allah maka secara otomatis kita akan mengalami damai sejahtera Allah didalam hidup kita. Persekutuan disini bukan sekedar karna kewajiban dan kebiasaan. Juga bukan hanya cukup pada ibadah pada hari minggu. Namun setiap waktu, setiap saat memiliki hati yang terfokus kepada Allah.

II.Memiliki Pikiran Kristus

Tidak cukup hanya dengan beribadah, namun kita juga harus merubah pola pemikiran kita yang gampang terpengaruh dengan keadaan-keadaan jasmani. Pikiran yang mudah dipengaruhi dengan keadaan jasmani akan berdampak kepada perasaan. Perasaan yang dipengaruhi dengan keadaan jasmani yang negatif akan menimbulkan kekuatiran, ketakutan, rasa tidak tenang yang berlebih-lebihan. Pikiran Kristus adalah Firman Allah, menyelaraskan pikiran kita dengan firman Allah. Menempatkan Firman Allah lebih tinggi dari keadaan-keadaan jasmani yang terlihat. Dengan memfokuskan diri kepada Firman Allah maka shalom itu akan ada didalam kehidupan kita.

III.Menjaga hati dari kepahitan

Kitab Amsal berkata untuk kita menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan karena darisanalah terpancar kehidupan. Salah satu prinsip untuk hidup dalam shalom Allah adalah tidak menyimpan sakit hati, dendam dan emosi yang berlebih-lebihan kepada orang lain. Hati yang diliputi oleh kemarahan yang membara, dendam maka tidak akan pernah mengalami shalom. Justru dengan memiliki sikap seperti ini maka kita rentan terhadap serangan-serangan setan.

IV.Menjaga lidah bibir kita dari persungutan

Mengeluh adalah sebuah perbuatan yang sangat tidak disenangi oleh Allah. Karena mengeluh itu menunjukkan ketidakpuasan akan apa yang sudah Allah beri dalam hidup kita. Mengeluh akan membawa kehidupan kita semakin buruk. Kata-kata bisa membawa kepada kehidupan namun juga membawa kepada kematian. Suatu saat apa yang sering kita keluhkan tanpa kita berubah akan menjadi kenyataan dalam hidup kita. Karena itu kita harus mengubah keluhan menjadi kata-kata iman, kata-kata berkat, kata-kata kehidupan dalam hidup kita. Dengan menjaga lidah bibir kita maka kita akan memiliki shalom itu dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus Memberkati....



By. Pdp. Daniel Widayat..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar