DATA

Sabtu, 15 Juni 2013

Menjadi Penuai Yang Berkwalitas

Menjadi Penuai Yang Berkwalitas
Pdt. Suhernantien Daniel

Kita harus mempersiapkan diri menjadi seorang penabur karena tidak ada tuaian berlimpah jika tidak ada taburan, taburan yang kita taburkan tidak boleh disembarang tempat, kita harus menjadi seorang penabur yang berkualitas, dimana posisi kita saat ini, kita sedang mempersiapkan diri menjadi penuai atau sudah mengalami menjadi seorang penuai yang berlimpah dari Tuhan? tetapi satu hal terpenting yang harus kita lakukan adalah kita harus tetap menabur.
Ayat bacaan kita saat ini terambil dari Galatia 6:7-9: “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah”. Dari bacaan ini, ada tiga hal yang berbicara tentang seorang penabur dan penuai: yang pertama ada hukum tabur-tuai yang sudah Tuhan tetapkan, yang kedua adalah tentang sikap hati seorang penabur-penuai, yang ketiga berbicara tentang kualitas seorang penabur-penuai.
Kualitas seorang penabur dan penuai tidak datang datang secara tiba-tiba, ada proses untuk menjadi seorang penabur dan penuai berkualitas, kualitas muncul melalui proses waktu yang sudah teruji, karena seorang penabur yang berkualitas akan menentukan tuaian yang berkualitas. Kata menabur diayat sembilan diaplikasikan dalam menabur perbuatan baik, kita tidak boleh jemu-jemu berbuat baik, karena akan datang waktunya untuk menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
Ada dua ukuran yang dipakai untuk menentukan seseorang adalah penabur-penuai berkualitas:

1. Seberapa jauh kita melakukan dan memahami perbuatan baik
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah”. (Galatia 6:9).
Apakah perbuatan baik yang kita lakukan sudah kita pahami, dengan dasar kebenaran atau dasar perbutan kita karena menginginkan pujian, ingin disanjung, ingin dinilai lebih baik dari orang lain, kalau kita berbuat baik dengan dasar yang tidak benar, maka kita akan menjadi jemu dan kecewa, bahkan kita juga akan berhenti untuk berbuat baik.
Kita harus menyadari atas dasar apa kita berbuat baik, dan dasar yang benar untuk berbuat baik adalah seperti yang tertulis di 2 Timotius 3:17 “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik”. ini yang harus menjadi dasar pemahaman bagi kita untuk berbuat baik, supaya kita tidak menjadi jemu dan kecewa ketika melakukan perbuatan baik.
Pada dasarnya umat yang telah menjadi milik Tuhan, sudah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik, sehingga karakter yang keluar dari setiap anak Tuhan adalah perbuatan baik, karena setiap orang percaya ketika menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, pada waktu itu pula Tuhan memperlengkapi untuk setiap perbuatan baik, dan sudah seharusnya setiap orang percaya mewarnai hidupnya dengan perbuatan baik, bukan karena ingin dipuji, bukan karena ingin dilihat lebih hebat, bukan pula karena ingin dihormati, tetapi memang sudah seharusnya sifat-sifat Allah mengalir dalam hidup kita.
Meraih keberhasilan untuk diri kita sendiri, itu adalah hal yang wajar dan biasa, tetapi pada waktu kita menolong orang lain untuk mencapai sukses, untuk dirinya, itu adalah hal yang luar bisa, sebab itu kalau ada kesempatan untuk berbuat baik, biarlah kita tidak jemu-jemu untuk berbuat baik, karena Tuhan sudah menaruh potensi dan sarana-saran untuk melakukan perbuatan baik, didalam diri kita.
Jadi seorang penabur yang berkualitas, melakukan perbuatan baik berdasarkan kebenaran, dan didasari hati yang rela berkorban, maka perbuatan baik itu akan mendatangkan kemuliaan, dan sukacita yang besar sekalipun tidak ada pujian, penghargaan, penilaian dari manusia, tetapi seorang penabur yang berkualitas tidak menjadi jemu, kecewa dan terus melakukan perbuatan baik diberbagai situasi, dan tetap bersukacita ketika melakukan perbuatan baik.

2. Seberapa mampu untuk bertahan melakukan perbuatan baik.
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah”. (Galatia6:9). ayat ini memperingatkan kepada kita, bahwa perbuatan baik yang kita lakukan tidak selamanya berjalan mulus, akan ada banyak tantangan dan rintangan untuk kita menjadi seorang penabur yang berkualitas. Seberapa besar usaha kita untuk melakukan perbuatan baik, akan ada tantangan, perlawanan, bahkan resiko yang harus kita tanggung, tetapi jika melakukan kabaikan dengan dasar kebenaran maka Tuhan yang menjamin kehidupan kita, Tuhan yang akan menjadi pembela dan memberikan kekuatan kepada kita sehingga kita tidak menjadi lemah, jangan menyerah, terus menjadi penabur yang berkualitas, sampai masa tuaian maka kita akan menuai, tuaian luar biasa yang berlimpah-limpah.
“Sebab itu Ahab telah memanggil Obaja yang menjadi kepala istana. Obaja itu seorang yang sungguh-sungguh takut akan TUHAN. Karena pada waktu Izebel melenyapkan nabi-nabi TUHAN, Obaja mengambil seratus orang nabi, lalu menyembunyikan mereka lima puluh lima puluh sekelompok dalam gua dan mengurus makanan dan minuman mereka. Ahab berkata kepada Obaja: "Jelajahilah negeri ini dan pergi ke segala mata air dan ke semua sungai; barangkali kita menemukan rumput, sehingga kita dapat menyelamatkan kuda dan bagal, dan tidak usah kita memotong seekorpun dari hewan itu." (2 Raja-raja 18:3-5). Obaja seorang yang takut akan Tuhan, kepala istana yang bekerja bagi Raja Ahab dan Ratu Izebal. Ratu Izebel memerintahkan Obaja untuk membunuh semua nabi, Obaja diperhadapkan kepada dua pilihan, ada dipihak Ratu dengan membunuh semua nabi dan ia akan mendapatkan kehormatan, penghargaan bahkan promosi dari Ratu Izebel atau tetap hidup takut akan Tuhan dengan melindungi para nabi Tuhan, dan Obaja memutuskan untuk melindungi seratus orang nabi, dan memilihara kehidupan mereka, sekalipun dengan resiko besar, tetapi Tuhan melindungi Obaja dengan dipertemukan dengan nabi Elia, dan diberikan sebuah solusi dan semua tetap bisa berjalan dengan baik.
Obaja memiliki kualitas moral, yang tidak terjadi tiba-tiba, tetapi ada proses pembelajaran sampai memiliki ketahanan, untuk mampu tetap menjadi seorang penabur yang berkualitas, melakukan perbuatan baik sekalipun dalam keadaan terjepit, yang membuat Obaja menjadi penabur yang berkualitas karena ia adalah seorang yang takut akan Tuhan dari sejak kecil seperti yang tertulis di: 2 Raja-raja 18:12: “Mungkin terjadi, apabila aku sudah pergi dari padamu, Roh TUHAN mengangkat engkau ke tempat yang tidak kuketahui. Kalau aku sampai kepada Ahab untuk memberitahukannya dan engkau tidak didapatinya, tentulah ia akan membunuh aku, padahal hambamu ini dari sejak kecil takut akan TUHAN.” Obaja adalah prodak dari masa kecilnya yang selalu diajarkan untuk hidup takut akan Allah
Pribadi yang berkualitas atau moral yang berkualitas tidak dihasilkan secara tiba-tiba, tetapi hasil pembelajaran, pendidikan dari sejak kecil, sebab itu setiap anak-anak dari sejak kecil harus dibawa kehadirat atau atmosfirNya Tuhan, dididik hidup takut akan Tuhan, maka pada waktu mereka dewasa, menghadapi banyak tantangan, kesulitan yang menghimpit, mereka akan memiliki ketahanan menghadapi setiap kesulitan, dan tidak akan mudah menyerah, tidak mudah menyerah, dan tidak kompromi dengan dosa.
“Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” (Yesaya 1:16-17).Tuhan mau setiap kita didapati melakukan perbuatan baik, sebagai bentuk taburan yang kita kerjakan, yang didahului dengan membersihkan diri, menjauhkan diri dari perbutan-perbutan yang jahat dimata Tuhan, dan mulai belajar berbuat baik, sehingga kita menjadi seorang penabur yang berkualitas sampai masa tuaian dan kita juga menjadi seorang penuai yang berkualitas. Amin

2 komentar:

  1. Tks Pak Pdt. atas bahan renungan ini saya bisa diberkati, menmbah pemahaman ttg Firman Tuhan dalam ayat ini. JBU

    BalasHapus
  2. Tks. Benar Pak Pdt. Tuhan tidak membiarkan dipermainkan.Apa yang ditabur oleh setiap manusia pasti dia tuai. Taburlah kebaikan kepada semua orang maka kamu menuai kebaikan dari Tuhan Yesus.Amin

    BalasHapus